Hadapi Situasi New Normal dengan Membiasakan Mengkonsumsi Makanan Sehat - Setelah sebelumnya diberlakukan sistem Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) guna menekan angka penularan penyakit COVID-19, kini masyarakat Indonesia kembali dipersiapkan untuk mulai menghadapi kebijakan terbaru yang disebut new normal.
Tak hanya membawa perubahan pada aktivitas sehari-hari yang harus disesuaikan dengan protokol keamanan, kondisi pandemi dan kenormalan baru ini juga membawa perubahan yang dirasakan pada gaya hidup serta pola hidup lebih sehat.
Baru-baru ini, Kantar mempublikasikan hasil penelitiannya di Maret 2020 yang menunjukkan bahwa terdapat perubahan gaya hidup pada masyarakat Indonesia selama masa pandemi COVID-19, di antaranya mulai mencoba mengonsumsi menu makanan sehat (90%), menguji resep-resep makanan baru (61%), dan mengonsumsi snack harian lebih tinggi dari biasanya (41%).
Aspek New Healthy Eating Habit
Direktur South Asian Food and Agricultural Science and Technology Center (SEAFAST), Prof. Dr. Ir. Nuri Andarwulan, Msi., mengungkapkan bahwa masyarakat lebih peduli dengan makanan bergizi seimbang dan memperhatikan keamanan pangan, sebagai bagian dari new healthy eating habit.
"Healthy eating adalah makan yang menyehatkan selama masa pandemi COVID-19. Kami harapkan ini menjadi kebiasaan dalam dua aspek, yaitu diet yang menyehatkan dan keamanan pangan," ujar Prof. Nuri, dalam Kelas Jurnalis Online Food Safety di Tengah Pandemi yang diadakan oleh Nestle Indonesia, Rabu (17/6) lalu.
Kebiasaan makan sehat sebenarnya sudah diterapkan oleh masyarakat. Namun, pandemi menyadarkan untuk mengutamakan konsumsi makanan bergizi seimbang guna meningkatkan imunitas tubuh. Profesor Nuri berharap agar kebiasaan baru ini juga menjadi budaya baru.
Baca Juga: Cara Efektif Untuk Lebih Semangat Di Kantor
Baca Juga: Cara Efektif Untuk Lebih Semangat Di Kantor
"New healthy eating habit (kebiasaan makan sehat baru) yang coba diperkenalkan adalah mengonsumsi beragam makanan yang mengandung gizi seimbang, sesuaikan porsi makanan dengan konsep 'Isi Piringku', memperhatikan konsumsi GGL (gula, garam, lemak), mengatur jadwal makan besar dan snack, dan tidak lupa memperhatikan keamanan pangan," jelas Prof. Nuri.
5 Kunci Keamanan Pangan
Keamanan pangan menjadi kunci penting dalam masa pandemi seperti saat ini. Kualitas dan kebersihan produk pangan secara efektif mampu mencegah risiko penularan. Oleh karena itu, dalam kesempatan yang sama, Prof. Nuri juga menyampaikan 5 kunci keamanan pangan yang harus diterapkan sesuai standar WHO dan BPOM Indonesia.
Pertama, mencuci tangan dan peralatan masak sebelum mengolah makanan. Kedua, memisahkan peralatan masak (seperti pisau dan talenan) dan wadah untuk untuk pangan mentah dan matang. Ketiga, memasak dengan benar dan matang.
Keempat, menyimpan makanan sesuai dengan suhu aman yang dianjurkan. Kelima, pastikan untuk selalu menggunakan air dan bahan makanan yang aman, yang bebas dari cemaran fisik (kerikil, steples), biologis (rasa dan bau menyimpang), kimia berbahaya (pestisida, herbisida), dan menggunakan air jernih yang tidak berbau dan berasa.
Sejalan dengan tujuan untuk memastikan keamanan pangan bagi masyarakat, Head of Corporate Quality Management Nestle, Anas Noor Wahid, menjelaskan bahwa pihak Nestle terus berkomitmen untuk menjaga stabilitas produksi dan distribusi produk-produk makanan dan minuman yang berkualitas.
Komitmen ini dijalankan dengan mengacu pada empat pilar dalam kebijakan mutu, yaitu berkomitmen pada seluruh konsumen, menjaga keamanan dan kepatuhan produk, mempertahankan preferensi dan konsistensi, dan memastikan tidak ada kecacatan produk dan tidak menghasilkan limbah.
"Sinergi yang baik antara masyarakat, produsen, pemerintah, serta lembaga-lembaga terkait memainkan peranan penting agar kualitas, keamanan, dan nilai nutrisi pangan terjaga dengan baik agar masyarakat tetap sehat dan tidak mudah terserang penyakit dan virus,”