Tiga juta tahun lalu, sebuah retakan di Lembah Sungai Yordan (Jordan Rift Valley) membentuk sebuah danau luas berisi air. Iklim kering dan evaporasi yang tinggi meningkatkan konsentrasi mineral dalam air. Menjadi sangat asin. Perairan luas itu kini lebih dikenal sebagai Laut Mati.
Kadar garam yang tinggi membuat orang bisa mengapung dengan mudah. Tak bakal tenggelam. Salinitas yang, lebih dari 32 persen membuat mahluk hidup nyaris tak mungkin hidup di dalamnya. Namun pendapat itu terbukti salah. Laut mati sejatinya tak benar-benar mati.
Untuk kali pertamanya dalam sejarah, para ilmuwan mengirimkan penyelam untuk mengeksplorasi Laut Mati. Mereka mengungkap temuan tak terduga, mata air tawar yang berasal dari kawah di bawah laut, juga hewan mikroba di dalamnya.
Dua temuan itu adalah yang pertama terkuak di Laut Mati perairan paling asin di dunia sekaligus permukaan air terendah di muka Bumi.
Laut Mati terletak di antara Yordania, Israel, dan Tepi Barat Palestina. Di satu sisi, keunikannya yang bisa membuat orang mengapung dengan menjadi daya tarik wisata. Sebaliknya, bagi penyelam, itu adalah tantangan besar.
Para peneliti dari Ben-Gurion University, Israel (BGU) berhasil menyelami dasar Laut Mati, untuk mengkonfirmasi kecurigaan mereka bahwa air tawar naik dari celah yang berada jauh di dasar laut.
Air tawar menyembur dari dinding curam 15 x 20 meter. Para ilmuwan menemukan air membentuk mata air kompleks yang mengalir di beberapa tempat di dasar Laut Mati yang dalamnya 30 meter dan panjangnya sampai ratusan meter.
Mengejutkan
Para penyelam juga menemukan hamparan mikroba hidup dekat lubang-lubang yang berada di dasar laut. Penemuan mahluk hidup di lingkungan yang sebelumnya diyakini tak bakal bisa menopang kehidupan adalah sesuatu yang mengejutkan.
"Meski tak ada ikan yang dijumpai, karpet mikroorganisme yang menutupi wilayah dasar Laut Mati diyakini terdiri dari banyak spesies," kata Danny Ionescu dari Max Planck Institute for Marine Microbiology Jerman, yang juga ikut dalam ekspedisi ini, seperti dimuat situs sains, Our Amazing Planet, 27 September 2011.
Laut Mati adalah entitas laut yang paling cepat menyusut. Airnya menguap 1 meter per tahun, penyebab utamanya karena manusia menguras sumber utamanya Sungai Jordan, digunakan sebagai air minum.
Profesor BGU, Jonathan Laronne dan peneliti, Yaniv Munwes, bersama-sama para penyelam, merancang sistem pertama yang bisa mengukur mata air di dasar laut dan mempelajari struktur pancaran airnya. "Dengan mengembangkan sistem pengukuran untuk mata air ini, kita akan dapat menentukan lebih akurat berapa banyak air yang sebenarnya memasuki Laut Mati," kata Laronne dalam sebuah pernyataan.
Berikut Video Penyelaman Laut Mati:
Kadar garam yang tinggi membuat orang bisa mengapung dengan mudah. Tak bakal tenggelam. Salinitas yang, lebih dari 32 persen membuat mahluk hidup nyaris tak mungkin hidup di dalamnya. Namun pendapat itu terbukti salah. Laut mati sejatinya tak benar-benar mati.
Untuk kali pertamanya dalam sejarah, para ilmuwan mengirimkan penyelam untuk mengeksplorasi Laut Mati. Mereka mengungkap temuan tak terduga, mata air tawar yang berasal dari kawah di bawah laut, juga hewan mikroba di dalamnya.
Dua temuan itu adalah yang pertama terkuak di Laut Mati perairan paling asin di dunia sekaligus permukaan air terendah di muka Bumi.
Laut Mati terletak di antara Yordania, Israel, dan Tepi Barat Palestina. Di satu sisi, keunikannya yang bisa membuat orang mengapung dengan menjadi daya tarik wisata. Sebaliknya, bagi penyelam, itu adalah tantangan besar.
Para peneliti dari Ben-Gurion University, Israel (BGU) berhasil menyelami dasar Laut Mati, untuk mengkonfirmasi kecurigaan mereka bahwa air tawar naik dari celah yang berada jauh di dasar laut.
Air tawar menyembur dari dinding curam 15 x 20 meter. Para ilmuwan menemukan air membentuk mata air kompleks yang mengalir di beberapa tempat di dasar Laut Mati yang dalamnya 30 meter dan panjangnya sampai ratusan meter.
Mengejutkan
Para penyelam juga menemukan hamparan mikroba hidup dekat lubang-lubang yang berada di dasar laut. Penemuan mahluk hidup di lingkungan yang sebelumnya diyakini tak bakal bisa menopang kehidupan adalah sesuatu yang mengejutkan.
"Meski tak ada ikan yang dijumpai, karpet mikroorganisme yang menutupi wilayah dasar Laut Mati diyakini terdiri dari banyak spesies," kata Danny Ionescu dari Max Planck Institute for Marine Microbiology Jerman, yang juga ikut dalam ekspedisi ini, seperti dimuat situs sains, Our Amazing Planet, 27 September 2011.
Laut Mati adalah entitas laut yang paling cepat menyusut. Airnya menguap 1 meter per tahun, penyebab utamanya karena manusia menguras sumber utamanya Sungai Jordan, digunakan sebagai air minum.
Profesor BGU, Jonathan Laronne dan peneliti, Yaniv Munwes, bersama-sama para penyelam, merancang sistem pertama yang bisa mengukur mata air di dasar laut dan mempelajari struktur pancaran airnya. "Dengan mengembangkan sistem pengukuran untuk mata air ini, kita akan dapat menentukan lebih akurat berapa banyak air yang sebenarnya memasuki Laut Mati," kata Laronne dalam sebuah pernyataan.
Berikut Video Penyelaman Laut Mati:
( Sumber : VIVAnews & liveScience )